-->
  • Jelajahi

    Copyright © Wargata.com
    Info Berada di Sekitar Warga

    Banner Ucapan

    Ads Google Searc

    Hukrim

    Banner IDwebhost

    Dugaan Pungli di Kawasan Pantai Seger Resahkan Pengunjung

    Syukron redaksi wargata.com
    01/08/22, 15:26 WIB Last Updated 2022-08-01T08:53:23Z
    Ilustrasi
    Wargata.com, NTB - Dunia Pariwisata di Lombok Tengah kembali menggeliat namun Miris, justru tercoreng oleh oknum yang diduga melakukan pungutan liar atau Pungli kepada pengunjung yang ingin menikmati keindahan suasana pantai.

    Aksi pungli tersebut berhasil direkam oleh pengunjung dan beredar luas di Grup WhatsApp. Tepatnya di Pantai Seger, Kuta Mandalika atau samping Sirkuit Mandalika. (01/08/2022)

    Dari rekaman video itu, salah seorang pengunjung   mengancam untuk melaporkan oknum yang diduga melakukan pungli.

    Dengan santainya, seorang pemuda dengan memakai baju kaos warna hitam menjawab silahkan laporkan saja.

    Saat ditegaskan memangnya tempat ini milik pribadi, pemuda itu pun mengklaim bukit sekitar Pantai Seger milik pribadi.

    Salah seorang pengunjung, Intan Hulicelan mengaku, sedikitnya ada 3 portal yang dilewati dan di tiap portal membayar Rp 10.000.

    Setelah sampai parkir kemudian bayar lagi untuk satu orang yang menggunakan mobil senilai Rp 10.000. Jumlah itu sudah termasuk untuk membayar naik ke atas bukit Seger.

    "Saya kesana bersama 4 orang diminta bayar Rp. 40.000 kalau mau naik ke bukit, ya akhirnya saya balik karena merasa risih serba bayar untuk sekadar menikmati alam," kata Intan, Minggu (31/7).

    Perempuan asli Cirebon itu pun sampai debat dengan para petugas yang meminta tarif kunjungan dan meminta mereka untuk menjelaskan karcis untuk apa dan apakah itu resmi dari pemerintah daerah.

    "Setelah saya cek, gak ada tuh cap dari pemerintah daerah. Saya tegaskan ke mereka bahwa ini pungutan liar," ujarnya.

    Ketika harus membayar segitu banyaknya dengan fasilitas seadanya, Intan menilai sangat tidak wajar dan justru mencoreng dunia pariwisata.

    "Tempat ini kan milik masyarakat NTB dan semua masyarakat berhak menikmatinya. Jadi, tidak mesti membayar sampai Rp 70.000. Apalagi toilet tidak ada, Musholla juga tidak ada. Keamanan parkir pun diragukan, hanya sebatas numpang parkir," urainya.

    Bayangkan saja, lanjutnya, jika orang yang membawa uang pas-pasan ingin menikmati wisata ini kemudian diminta uang segitu banyaknya apakah tidak kasihan.

    "Hal-hal seperti ini harus menjadi atensi dan segera ditangani. Kalau begini terus rusak citra pariwisata," keluhnya.

    Menanggapi kejadian itu, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Loteng Lendek Jayadi merasa geram dengan sikap oknum yang melakukan pungli di tempat wisata.

    "Kami akan segera koordinasi. Mereka tidak tahu diuntung," tegasnya.

    (MW/SHD)
    Komentar

    Tampilkan

    Timwar

    +